Gerakan Literasi Desa Bongkasa: Inisiasi Pengembangan Kegiatan Literasi Dari Desa untuk Indonesia
Gerakan Literasi Desa Bongkasa: Inisiasi Pengembangan Kegiatan Literasi
Dari Desa untuk Indonesia
Oleh: Ni Luh Rosita Dewi
Literasi bukanlah sekadar kemampuan membaca dan menulis. Melainkan pondasi martabat bangsa, jendela yang membuka kesadaran, serta jalan menuju kemandirian. Sebagai anak muda yang lahir dan besar di Kabupaten Badung, Bali yang dikenal sebagai pusat pariwisata, literasi tentu menjadi kunci agar masyarakat tidak hanya menjadi penonton dalam arus globalisasi, tetapi juga aktor utama yang berdaya. Meskipun demikian masih terdapat kesenjangan akses, terutama bagi anak-anak dan remaja di desa-desa yang tidak cukup memiliki informasi dan role model bagi mereka dalam belajar. Di sinilah peran literasi yang inklusif dibutuhkan, literasi yang merangkul semua golongan tanpa diskriminasi, yang menghadirkan ruang belajar untuk anak-anak desa, perempuan, dan kelompok rentan lainnya.
Perpustakaan bukan hanya tempat buku-buku disimpan, melainkan ruang pemberdayaan masyarakat. Perpustakaan desa seharusnya menjadi titik temu bagi anak muda untuk mengembangkan diri, berdiskusi, dan menumbuhkan keterampilan hidup yang jika dimaksimalkan, perpustakaan bisa menjadi pusat energi literasi yang menyediakan akses informasi, layanan konseling, bahkan tempat berinovasi bagi generasi muda. Dengan keyakinan tersebut sejak Juli 2025, saya dipercaya menjadi Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Perpusnas RI dengan lokus di Kabupaten Badung.
(Layanan Perpustakaan Keliling pada Kegiatan Bongkasa Membaca - Dokumentasi Tim Kita Gerak Bareng)
eran ini membuat saya bisa hadir langsung ke perpustakaan desa diberbagai kesempatan, bukan sekadar memberi arahan, melainkan juga menjadi contoh nyata. Melalui program Gerakan Literasi Desa saya mendorong anak muda untuk menjadikan literasi sebagai gaya hidup. Saya percaya, perubahan tidak lahir dari wacana, melainkan dari aksi nyata di lapangan. Selain kegiatan langsung, saya juga melakukan advokasi agar literasi masuk dalam prioritas pembangunan desa. Melalui brainstorming bersama kepala desa, perangkat desa, dan pengelola perpustakaan desa saya mendorong agar anggaran desa (APBDes) lebih memihak pada literasi masyarakat, serta adanya pegawai khusus yang mengelola perpustakaan. Langkah ini penting agar kegiatan literasi tidak hanya berjalan sesaat, melainkan menjadi program berkelanjutan yang dijaga bersama.
Program berkelanjutan yang menjadi unggulan saya adalah Gerakan Literasi Desa Bongkasa. Program ini dirancang menyasar anak-anak SD dan remaja, dengan berbagai kegiatan seperti:
- Pemanfaatan layanan mobil perpustakaan keliling.
- Membaca bermakna dan diskusi interaktif.
- Konseling akademis dan karir bersama dengan psikolog.
- Pemberian Fun Learning tentang Literasi anti korupsi dan literasi lingkungan.
- Penulisan harapan dan kritik bagi pembangunan desa.
- Pelibatan Jurnalis Muda Desa sebagai mitra publikasi kegiatan.
(Layanan konseling bersama psikolog klinis pada kegiatan Gerakan Literasi Desa)
Gerakan ini saya kolaborasikan bersama Diskerpus Kabupaten Badung, 4 sekolah dasar yang terdiri dari SD 1 Bongkasa, SD 2 Bongkasa, SD 3 Bongkasa, SD 4 Bongkasa dan SMP N 4 Abiansemal, Pemerintah Desa Bongkasa, mahasiswa KKN, psikolog klinis, hingga komunitas pemuda. Melalui kolaborasi dengan berbagai mitra ini menunjukkan bahwa literasi bukan tugas individu, tetapi gerakan bersama.
Saya menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan ini jauh dari kata sempurna. Ada banyak tantangan teknis, keterbatasan fasilitas, hingga kendala koordinasi. Namun semua itu kami atasi dengan semangat kebersamaan. Pada akhir kegiatan, saya mengajak peserta duduk melingkar, mengevaluasi kegiatan, mengucap syukur, lalu menutup dengan makan nasi bungkus bersama. Bagi saya, momen sederhana ini justru memperlihatkan esensi literasi yakni belajar, berbagi, dan merayakan kebersamaan.
Pada akhirnya saya berkomitmen melanjutkan perjuangan literasi melalui Youth Movement Kita Gerak Bareng. Saya ingin menjadikan nyalakan api ini tidak akan pernah padam, dengan memastikan anak muda desa menjadi generasi cerdas, kritis, dan berkarakter. Bagi saya, satu tangan memang tidak bisa mengubah dunia, tetapi jika banyak tangan bergerak bersama, perubahan itu pasti nyata.
DAFTAR PUSTAKA
KPK RI. (2023). Nilai-Nilai Integritas dan Pendidikan Antikorupsi. Diakses dari aclc.kpk.go.id
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2022). Strategi Nasional Literasi Inklusif. Jakarta: Kemendikbudristek.
Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Badung. (2023). Laporan Kegiatan Literasi dan Perpustakaan Kabupaten Badung.
Instagram @kitagerakbareng. (2023). Dokumentasi Program Gerakan Literasi Desa Bongkasa.
DOKUMENTASI
(Relima Lokus Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Ni Luh Rosita Dewi tengah mengajak para peserta Gerakan Literasi Desa Bongkasa untuk menanamkan semangat belajar dan membaca buku kepada para anak-anak dan peserta, akses selengkapnya gerakan yang dilaksanakan yaitu melalui Youth Movement Kita Gerak Bareng, Instagram: www.instagram.com/kitagerakbareng)
(Relima Lokus Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Ni Luh Rosita Dewi tengah mengajak para peserta Gerakan Literasi Desa Bongkasa untuk berfoto bersama usai giat dibuka oleh Ibu Kadiskerpus Kabupaten Badung, akses selengkapnya gerakan yang dilaksanakan yaitu melalui Youth Movement Kita Gerak Bareng, Instagram: www.instagram.com/kitagerakbareng)
VIDEO YOUTUBE :
SHORT BIOGRAFI
Ni Luh Rosita Dewi yang akrab disapa Rosita merupakan Pemuda Pelopor Desa Provinsi Bali yang dikenal dengan pegerakannya di Komunitas Kita Gerak Bareng dalam mengangkat Literasi Digital dan Pemberdayaan Generasi Muda Desa melalui Program Jurnalis Muda dan bertugas sebagai Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Perpusnas RI lokus Kabupaten Badung dan telah sukses menggelar Gerakan Literasi Desa yang menjadi Inspirasi dan motor penggerak pelibatan dan pemberdayaan perpustakaan desa untuk melaksanakan kegiatan yang berdampak bagi generasi muda di desa.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin